Kalau kamu lagi liburan ke Seoul, pasti familiar dengan tempat-tempat hits seperti Gyeongbokgung, Myeongdong, atau Namsan Tower. Tapi ada satu destinasi yang bikin kamu merasa seakan melintasi waktu: Bukchon Hanok Village. Desa tradisional ini berdiri di tengah modernitas kota Seoul, penuh rumah hanok peninggalan Dinasti Joseon, jalanan sempit yang estetik, dan suasana klasik yang jadi incaran wisatawan.
Buat kamu yang datang ke Seoul secara mandiri atau lewat paket tour Korea, Bukchon hampir selalu jadi destinasi wajib di itinerary karena letaknya strategis di pusat kota dan dekat dengan berbagai landmark penting.
Artikel ini akan membahas semua hal yang perlu kamu tahu sebelum mampir ke Bukchon, mulai dari sejarah, keunikan, aktivitas seru, kuliner, sampai tips visit biar pengalamanmu makin maksimal.
Bukchon Hanok Village punya sejarah panjang sejak era Dinasti Joseon yang berkuasa dari abad ke-14 sampai awal abad ke-20. Kawasan ini dulunya tempat tinggal para bangsawan, pejabat kerajaan, hingga keluarga kaya yang dekat dengan istana. Lokasinya memang strategis: berada di antara Gyeongbokgung Palace di sisi barat dan Changdeokgung Palace di sisi timur. Dengan posisi itu, wajar kalau Bukchon disebut sebagai “desa di tengah istana.”
Nama “Bukchon” berarti “desa di utara,” yang merujuk pada posisinya di bagian utara Sungai Cheonggyecheon. Bagi bangsawan Joseon, tinggal di Bukchon adalah simbol status sosial elite karena kedekatannya dengan pusat kekuasaan kerajaan. Hingga kini, pemerintah Seoul masih melindungi kawasan ini lewat regulasi khusus, sehingga rumah-rumah hanok tetap dipreservasi meski kota di sekelilingnya makin modern.
Hanok, rumah tradisional Korea, dikenal dengan desain ramah lingkungan yang berpadu dengan filosofi hidup. Atapnya melengkung, halamannya luas, dan penataan ruangan mengikuti prinsip harmoni dengan alam. Ada konsep baesanimsu, yakni gunung di belakang dan air di depan—simbol keseimbangan antara manusia dan alam.
Hanok di Bukchon memperlihatkan perbedaan kelas sosial. Rumah hanok milik bangsawan biasanya besar, lengkap dengan halaman luas, sementara hanok rakyat lebih sederhana. Saat kamu menyusuri jalan-jalannya, detail kayu, pintu geser, serta atap tradisional jadi daya tarik tersendiri buat dipotret. Banyak hanok kini difungsikan sebagai guesthouse, galeri seni, rumah teh, atau pusat budaya.
Yang bikin Bukchon menarik adalah kontrasnya. Di satu sisi, kamu melihat hanok yang seakan membawamu ke Korea ratusan tahun lalu. Di sisi lain, skyline modern Seoul terlihat jelas dari sudut gang tertentu. Bukchon kini bukan hanya kawasan permukiman, tapi juga destinasi budaya yang menawarkan pengalaman edukatif tentang sejarah Korea.
Menariknya, suasana Bukchon berubah sepanjang waktu. Pagi hari memberi ketenangan, cocok untuk foto dengan cahaya lembut. Siang hari biasanya lebih ramai oleh turis. Saat sore menjelang malam, lampu-lampu kecil dari hanok akan menciptakan kesan romantis, seolah membawa kamu ke dalam drama Korea. Banyak fotografer sengaja datang di waktu golden hour untuk menangkap keindahan kontras ini.
Bukchon termasuk surga fotografi. Hampir setiap gang punya sudut foto yang cantik. Beberapa spot terpopuler di antaranya:
Aktivitas paling sederhana tapi paling otentik adalah jalan santai menyusuri gang sempit Bukchon. Rasanya seperti melangkah ke masa lalu. Karena kawasan ini dipenuhi jalan menanjak, kamu bisa sambil menikmati pemandangan Seoul dari titik tertinggi. Beberapa gang juga punya papan informasi yang menjelaskan cerita sejarah atau siapa yang pernah tinggal di sana.
Di Bukchon, kamu bisa masuk ke beberapa pusat budaya kecil dan museum lokal. Beberapa yang menarik antara lain:
Kalau kamu suka pengalaman interaktif, ikut workshop jadi pilihan tepat. Beberapa aktivitas yang ditawarkan di Bukchon adalah:
Banyak wisatawan menyewa hanbok untuk sesi foto, biasanya sekaligus ke Gyeongbokgung. Bukchon jadi spot favorit karena nuansa tradisionalnya sangat cocok dengan pakaian era Joseon. Ada banyak rental hanbok di dekat Anguk Station atau sekitar istana dengan paket sewa per jam hingga seharian. Dengan hanbok, fotomu di gang Bukchon terasa lebih autentik.
Yang tak kalah menarik, Bukchon bukan sepenuhnya tempat wisata. Warga lokal masih tinggal di hanok ini. Kamu bisa melihat kehidupan mereka dari dekat, mulai dari berkebun di halaman, belanja di toko sekitar, sampai mengelola rumah teh. Selain itu, ada juga kafe, galeri seni, dan toko kecil yang berfungsi di dalam hanok. Jadi setiap gang terasa hidup dengan campuran asli kehidupan tradisional dan kreatif modern.
Setelah puas berkeliling, waktunya isi perut. Kawasan Bukchon dan sekitarnya punya banyak pilihan:
Kalau kamu suka nongkrong ala modern, di Bukchon juga ada kafe-kafe cantik. Bedanya, interiornya tetap mempertahankan unsur hanok: balok kayu, pintu geser tradisional, halaman kecil. Beberapa bahkan menawarkan kursi di taman hanok terbuka, jadi kamu bisa minum kopi sambil meresapi suasana desa. Ada juga kafe seni yang memajang karya lukisan atau fotografi lokal, cocok untuk pecinta seni dan budaya.
Bukchon cocok banget buat belanja oleh-oleh karena ada toko yang menjual barang seni khas Korea. Beberapa yang bisa kamu bawa pulang:
Transportasi menuju Bukchon sangat mudah. Kamu tinggal naik subway Line 3 dan turun di Anguk Station (Exit 2). Dari sana, tinggal jalan kaki sekitar 10 menit ke arah utara. Kalau dari Gyeongbokgung Palace atau Insadong, jaraknya bisa ditempuh dengan jalan kaki santai sekitar 15 menit.
Karena Bukchon masih ditinggali warga, ada beberapa aturan yang wajib dipatuhi:
Waktu yang tepat untuk ke Bukchon adalah pagi hari. Selain masih sepi, cahaya matahari pagi sangat bagus untuk fotografi. Dari segi musim, musim semi dengan bunga cherry blossom atau musim gugur dengan dedaunan merah-oranye jadi pilihan favorit traveler.
Hindari berkunjung siang hari saat weekend karena sering penuh sesak. Kalau sudah terlalu ramai, suasananya jadi kurang leluasa untuk jalan-jalan santai atau foto-foto.
Untuk menikmati Bukchon, sediakan sekitar 2–3 jam. Kamu bisa jalan santai, mampir museum kecil, hingga foto-foto. Masuk ke kawasan Bukchon tidak dikenakan biaya. Namun, beberapa museum, observatorium, atau workshop mengenakan tiket mulai dari 5.000–15.000 won. Sewa hanbok di sekitar Bukchon biasanya mulai dari 15.000 won per 2 jam.
Bukchon Hanok Village adalah kombinasi sempurna antara sejarah, budaya, dan suasana lokal. Di sini kamu bisa merasakan kehidupan bangsawan Korea di masa lalu, mencoba aktivitas budaya asli, sekaligus menikmati kuliner dan belanja oleh-oleh unik.
Kalau kamu liburan ke Seoul, jangan lupa masukkan Bukchon dalam itinerary perjalananmu. Dijamin pengalamanmu akan semakin kaya, bukan hanya sekadar jalan-jalan, tapi juga lebih memahami cerita panjang Korea.
Mau tahu destinasi lain di Seoul? Yuk, baca artikel lainnya biar perjalanan Korea-mu makin seru dan penuh inspirasi! Atau, kalau kamu ingin perjalanan lebih nyaman, langsung cek paket tour Korea bareng Callista Tour dan rencanakan liburanmu sekarang.
Source image @unsplash
Kamu bisa cek Paket Wisata Korea terupdate kami: